RAPID (Randomized Pharmacophore Identification for Drug Design)
RAPID
(Randomized Pharmacophore Identification for Drug Design)
Di bidang kesehatan khususnya kefarmasian,
tentu saja tidak asing mendengar istilah obat. Obat-obatan seiring dengan
perkembangan zaman perlu dikembangkan dikarenakan semakin banyak model penyakit
baru yang timbul. Sehingga perlu dilakukan modifikasi atau pengembangan dari
obat yang lama. Salah satu metode yang dapat digunakan dan yang paling
umum adalah dengan melihat model farmakofor. Tujuan melihat farmakofor
adalah adanya interaksi penting antara protein dan ligan.
Gambaran RAPID
RAPID mencoba mengidentifikasi invariants
geometrik di antara koleksi molekul ligan kecil seperti molekul yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini
(a)
(b)
(c)
1TMN (a) Pengisian Ruang, (b) Tongkat, (c)
Model Set Poin
Ligan ini disebut
1TMN dan merupakan salah satu dari beberapa inhibitor dari protease
thermolysin. Gambar 1 (a) menunjukkan model pengisian ruang 1TMN. Dalam model
ini Van der Walls Sphere dianggap di sekitar setiap pusat atom. Gambar 1 (b)
menunjukkan model tongkat yang sesuai di mana hanya ikatan kimia yang ditarik.
Derajat kebebasan ligan meliputi panjang ikatan, sudut ikatan (sudut antara dua
ikatan berturut-turut), dan dihedral atau sudut torsional (sudut yang dibentuk
oleh pertama dan ketiga dari tiga ikatan berurutan, dilihat dari sepanjang
sumbu ikatan kedua). Dalam prakteknya, hanya derajat kebebasan torsional yang
dipertimbangkan karena ini menunjukkan variasi besar dalam nilai-nilainya.
Gambar 1 (c) menunjukkan konformasi 1TMN dari Gambar 1 (a) sebagai satu set
poin dalam R3. Titik-titik ini dapat mewakili pusat atom atau
kelompok atom dikumpulkan ke satu titik yang memiliki fitur umum semua atom ini
(misalnya, cincin benzena kaku).
Dalam RAPID,
identifikasi invariants geometrik dalam kumpulan ligan fleksibel dilambangkan
dengan M = {M1, M2, . . . , MN} diperlakukan
sebagai proses dua tahap untuk menangani dua masalah berikut:
Masalah 1 (Pencarian Konformasi)
Diberikan koleksi ligan M = {M1,
M2, . . . , MN}, derajat kebebasan dari masing-masing,
dan fungsi energi E, temukan, untuk setiap Mi, satu set konformasi {Ci1,
Ci2, . . . , Ciki}, sehingga E(Cij) ≤
THRESHOLD dan d(Cij, Cil) > TOLERANCE untuk l ≠ j dan
j; l = 1, . . . , Ki. THRESHOLD dan TOLERANCE adalah nilai yang
ditentukan sebelumnya, sementara d (. , .) adalah fungsi jarak.
Masalah 2 (Identifikasi Invarian)
Mengingat koleksi ligan M = {M1,
M2, . . . , MN}, di mana setiap Mi memiliki
satu set konformasi C(Mi) = {Ci1, Ci2, . . . ,
Ciki}, tentukan satu set poin berlabel S dalam R3 dengan
properti itu untuk semua i € {1, . . . , n}, ada beberapa Cij €
C(Mi) sehingga S adalah kongruen untuk beberapa bagian dari Cij.
Suatu solusi S, jika ada, adalah disebut invariant dari M.
Pengembangan obat baru dapat
dilakukan dengan model farmakofor yang merupakan poin penting dari interaksi
antara protein dan ligand. Model farmakofor dapat melalui metode ligand-based
pharmacophore modeling yaitu dengan men-superposing molekul aktif
dan mencari struktur kimia yang penting untuk bioaktivitasnya, atau dengan
metode structure-based pharmacophore design yaitu
dengan meninjau poin interaksi antara target dan makromolekul ligan (Yang,
2011).
Selain
itu studi Farmakofor bisa digunakan untuk
virtual screening dan molecular docking senyawa piperazin terhadap
reseptor Kemokine CCR5 sebagai agen anti-kanker prostat. Dimana derivatif
senyawa piperazine dimodelkan secara 3D terhadap reseptor CCR5. Penelitian ini
menggunakan metode penelusuran farmakofor, virtual screening dan molecular
docking pada target reseptor kemokin CCR5 sebagai agen anti-kanker prostat.
Penentuan fitur farmakofor dan docking molekul didapatkan berdasarkan Struktur
reseptor CCR5 dan ligan aktif yang diperoleh dari Protein Data Bank (www.pdb.org),
dengan kode (PDB ID: 4MBS) dan virtual screening terhadap 170.000 senyawa
natural product yang didapatkan dari situs (http://zinc.docking.org) lalu
ketiganya dimodelkan menggunakan perangkat lunak MOE 2009.10
Bukti-bukti terbaru menunjukkan peran
ganda reseptor kemokin CCR5 dalam mempromosikan pertumbuhan beberapa jenis
kanker. Mekanisme promosi tersebut diyakini melibatkan peradangan kronis pada
lingkungan mikro yang meningkatkan pertumbuhan tumor. Yakni dengan memblok
fungsi reseptor CCR5 dengan senyawa antagonis sehingga dapat menghasilkan
pengobatan baru pada penyakit kanker seperti kanker prostat. Dengan adanya
penambahan atom nitrogen pada cincin piperazine dapat memungkinkan interaksi
ligan dan reseptor dengan memperkuat situs pengikatan antara ligan dan
reseptor, namun hasil ini masih perlu untuk dikuatkan dengan penelitian tahap
lanjut menggunakan kombinasi analisis farmakofor dan studi docking.
Sumber:
P.W. Finn., L.E.
Kavraki., J.-C. Latombe., R. Motwani., C. Shelton., S. Venkatasubramanian., A.
Yao. 1998. RAPID: Randomized pharmacophore identification for drug
design. Journal Of Computational Geometry. 10, 263-272.
Yang., P., Liu
H.-C., Chen Y.-D., Yuan H.-L., Sun S.-L., Gao Y.-P., Yang P., Zhang L., Lu T.,
and Lu S. 2011. Combined Pharmacophore Modeling, Docking, and 3DQSAR Studies of
PLK1 Inhibitors, Int.
J. Mol. Sci., 12,
8713-8739.
Pertanyaan
:
1. Apakah RAPID merupakan metode yang paling baik untuk
pengembangan obat?
2. Mengapa pendekatan farmakofor merupakan metode yang paling
sering digunakan dalam desain obat yang baru ?
3. Apa kegunaan menentukan farmakofor suatu obat?
4. Bagaimana cara identifikasi farmakofor?
Terima kasih artikelnya sangat bermanfaat
BalasHapus
BalasHapusJawaban No 1. Alasan lain mengapa pendekatan berbasis farmakofor sering digunakan pada desain obat adalah adanya struktur 3D yang hilang pada banyak makromolekul yang diinginkan. Banyak target obat sekarang ini merupakan membrane-bounde dan sejauh ini hanya beberapa protein membran yang berhasil dikristalisasi. Tidak adanya penentuan secara eksperimen struktur protein 3D, penggunaan pendekatan berdasarkan ligan tidak langsung, termasuk farmakofor, merupakan satu-satunya cara untuk mendesain molekul bioaktif yang baru secara rasional.
Hallo Halimah.
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan nomor 3.
Kegunaan farmakofor dalam suatu obat salah satunya dapat mempermudah untuk menentukan atau memodifikasi suatu senyawa baru yang nanti akan mepermudah dalam pembuatan obat yg lebih baru dan termodifikasi serta menentukan efek samping dari obat tersebut
Hy Halimah,
BalasHapusSya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3 yaitu,kegunaan farmakofor dlm suatu obat salah satunya mmpermudah utk menentukan atau memodifikasi suatu senyawa baru yang nanti akan mepermudah dalam pembuatan obat yg lebih baru dan termodifikasi
artikelnya sangat bermanfaat
BalasHapushy halimah artikelnya sangat menambah wawasan saya..
BalasHapusHai halimah..
BalasHapussaya coba jawab soal no 2
karna metode farmakofor menggunakan sistem kompiterisasi sehingga dapat meminimalkan waktu serta kemungkinan kesalahan yang terjadi.
kegunaannya adalah untuk mempermudah menentukan senyawa atau obat baru dg cara komputerisasi. terimakasih :)
BalasHapusHai Halimah. Arterti yang sangat bermanfaat. terimakasih :)
BalasHapusNice.. kapan2 mampir lagi ke sini. 👌👍
BalasHapusArtikel nya sangat bermanfaat sekali
BalasHapushy halimah artikel anda sangat membantu saya
BalasHapusterimakasih
Haii halimah, pemaparan materi yg mudah di pahamin, shga sy bsa menjawab tgs2 sy,
BalasHapusTerimaksih yaa
Hi kakak,artikelnya sangat bermanfaat. Terimakasih
BalasHapusBaik halimah saya akan coba menjawab pertanyaan no 1
BalasHapusMenurut saya metode rapid baik untuk digunakan dalam merancang obat baru karna metode yang digunakan dalam sistem komputerisasi seg
hingga waktu yang digunakan lebih singkat dan dapat meminimalisasikan kesalahan sehingga efek samping yang dihasilkan juga minimal